Informasi Berita, Menarik dan Terhangat

Menumbuhkan Generasi Beradab dan Berkualitas di Sekolah Al-Azhar

SELAMA ini kita mengetahui ada dua tujuan pendidikan di sekolah yang ingin kita capai sebagai orangtua. Pertama, tentunya orangtua ingin kelak putera puteri mereka memiliki masa depan cerah. Gambaran masa depan yang dibayangkan umumnya adalah kemandirian finansial atau sukses mencapai cita-cita serta penghidupan yang layak dan stabil.

Untuk mencapainya, tentunya diperlukan keunggulan kompetitif pada putera puteri kita hingga memiliki daya saing di tengah masyarakat. Apalagi di era Industry 4.0 saat ini dimana kualifikasi sumber daya manusia ditentukan oleh pemahaman dan penguasaan teknologi berbasis digital, serta memiliki kemampuan bilingual yang menjadi salah satu konsekuensi persaingan global, membuat orangtua berupaya semaksimal mungkin agar anak-anak mereka mendapatkan pendidikan dan menyediakan fasilitas yang dirasa bisa memenuhi tuntutan jaman.

Sedangkan tujuan kedua, pendidikan sekolah bagi sebagian orangtua adalah menginginkan putera-puteri mereka tetap mempertahankan identitas dan nilai-nilai budaya yang selama ini ditanamkan turun temurun didalam keluarga. Orangtua ingin putera-puteri mereka memiliki kepribadian yang sejalan dengan norma keluarga, dengan kata lain meski pola pikir modern, namun gaya hidup dan perilaku tetap beradab.

Tujuan kedua ini lebih kepada pembentukan karakter yang diharapkan dapat terbentuk melalui program-program yang diajarkan di sekolah. Orangtua berharap sekolah dapat lebih mendalam dalam menanamkan nilai-nilai adab. Bahkan orangtua mengganggap pembentukan karakter akan lebih efektif apabila dilakukan oleh pihak sekolah. Apalagi karena kesibukan orangtua, waktu orangtua untuk mendidik anak kian terbatas. Sehingga orangtua memandang pendidikan adab harus dilakukan berkesinambungan dan intensif di sekolah.

Pilihan orangtua untuk mewujudkan tujuan kedua pendidikan ini sangat dipengaruhi oleh pola pikir orangtua akan pendidikan adab. Ada orangtua yang merasa pendidikan adab cukup dengan pembelajaran moral yang bersifat umum. Karena pada akhirnya ketika anak pulang sekolah, pendidikan adab yang sebenarnya dapat diajarkan di rumah oleh kedua orangtua.

Namun ada pula orangtua yang memandang pendidikan tentang adab hanya akan efektif. Apabila dilakukan melalui pendidikan agama, sehingga orangtua murid mempercayakan pendidikan pada sekolah Islam yang memiliki metoda pengajaran berlandaskan Islam. Lantas sekarang pertanyaannya, apa yang dimaksud dengan generasi beradab dan berkualitas itu?. Apakah sejalan dengan harapan orangtua akan tujuan pendidikan sekolah?.

Berdasarkan definisi umum yang diambil dari KBBI, generasi beradab berarti generasi yang sudah berada dalam tingkatan yang sudah maju, baik lahir maupun batinnya yang ditunjukkan melalui sopan santun, cara berbicara dan bersikap terhadap orang lain.

Di dalam Islam, makna beradab tidak terbatas pada pada tata krama terhadap orangtua, guru atau sesama manusia lainnya. Dikutip dari tulisan Dr Adian Husaini pada Jurnal Islamia Republika yang mengutip pernyataan KH Hasyim Ashari, bahwa adab bukanlah sekedar sopan santun dan gaya berbicara.

Namun juga sebagai salah satu syarat tegaknya keimanan, kesyariatan dan ketauhidan. Karena adab di dalam Islam meliputi juga adab yang bersifat transendental atau adab kepada Allah SWT, adab dalam memahami, menjalani dan menerapkan syariat Islam dalam tujuannya untuk beribadah. Dimana kesemuanya itu merupakan perwujudan keimanan seorang muslim. Bahkan adab terhadap Rasul dan Al Quran merupakan bagian yang dapat menggambarkan tingkat keimanan seseorang didalam Islam.

Pendidikan adab (at-ta’dib) ini sangat lekat dengan pendidikan Islam. Dimana at-ta’dib merupakan salah satu pembentuk konsep dasar pendidikan Islam yang konsisten diajarkan sejak jaman Rasulullah (Darul Arqom) hingga saat ini. Perbedaan besar pada konsep pendidikan Islam adalah ada pada tujuan pendidikan itu sendiri.

Di dalam Islam, tujuan pendidikan ditempatkan kembali pada hakikat diciptakannya manusia, yakni sebagai mukallaf atau khalifah dimuka bumi yang harus senantiasa bertauhid kepada Allah SWT dalam menjalankan tugasnya dimuka bumi. Ini berarti manusia haruslah memiliki keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi dalam menetapkan tujuan pendidikan.

Konsep Pendidikan Al-Azhar

Sekolah Al Azhar yang sudah berpengalaman lebih dari 50 tahun mencetak putera-puteri Indonesia menjadi insan beriman dan bertakwa sekaligus memiliki keunggulan kompetitif agar sukses di dunia kerja, meletakkan pendidikan Islam sebagai landasan utama pedagogi (metoda pengajaran) yang diterapkan mulai dari penyampaian kurikulum, pembentukan karakter, sampai dengan budaya di lingkungan Sekolah.

Konsep pendidikan Islam di Sekolah Al Azhar secara umum terdiri dari 3 (tiga) aspek utama. Pertama aspek Pendidikan Ruhiyah, yaitu pendidikan untuk menumbuhkan keimanan dan ketakwaan, memelihara kesucian diri serta pembinaan sisi ruhiyah murid agar mampu menunaikan ibadah dengan penuh kesadaran.

Selanjutnya adalah Pendidikan Amaliah, dimana murid dibiasakan untuk siap mengamalkan keislamannya dalam perilaku sehari-hari serta dilatih agar memiliki inisiatif diri dan termotivasi, agar senantiasa berkontribusi untuk kemaslahatan Ummat.

Pada pendidikan Ruhiyah dan Amaliah inilah penanaman ta’dib atau pendidikan tentang adab sudah mulai dilakukan bahkan sejak murid masih duduk dibangku Taman Kanak Kanak. Sekolah Al Azhar sangat serius menerapkan dan mengajarkan ta’dib pada anak didiknya, hingga Sekolah yang didirikan oleh tokoh nasional Buya Hamka ini membuat kurikulum khusus yang hanya ada di sekolah-sekolah Al Azhar di seluruh Indonesia.

Kurikulum yang dinamakan Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim (KPPM) merupakan seperangkat kegiatan belajar yang terintegrasi dan direncanakan untuk dilaksanakan dalam menyiapkan dan meletakkan dasar bagi pengembangan diri anak didik secara utuh. Kegiatan itu meliputi upaya pengembangan pembentukan akhlakul karimah, seperti pendidikan moral, nilai-nilai agama, sosial emosional dan kemandirian, ketaatan beribadah dan pengembangan kemampuan dasar yang terdiri dari ketrampilan berpikir (kognitif), berbahasa dan ketrampilan jasmani dan kemampuan dasar lain.

Penerapan kurikulum KPPM di sekolah Al Azhar dilakukan dengan meletakkan kompetensi dasar yang diturunkan secara mendetail kedalam beberapa indikator sebagai tujuan pengajaran dikelas sesuai dengan usia agar pembelajaran mudah diterima dan bisa menciptakan suasana menyenangkan di kelas. Kemudian pada implementasinya, penjiwaan agama ditambahkan, agar murid-murid memahami bahwa kegiatan belajar yang mereka lakukan memiliki nilai keislaman yang tercantum didalam Al Quran.

Dengan adanya KPPM ini, murid-murid dari tingkat TK,SD hingga SMA antusias mengikuti kegiatan unggulan Sekolah Al Azhar seperti Tahfidz, Tilawati, Tamyiz dan Bahasa Arab. Beberapa kegiatan Tahfidz bahkan disertai dengan event menyenangkan seperti Camp Tahfidz, Tahfidz berhadiah atau point reward dan kegiatan lain yang menambah semangat murid- murid dalam mendalami Al Quran.

Salah satu kegiatan unggulan pembentukan karakter Islami (Character Building) yang paling disukai murid-murid Sekolah Al Azhar adalah Pesantren Alam. Kegiatan Pesantren Alam atau yang disingkat menjadi Salam, merupakan kegiatan kurikuler pembelajaraan outdoor. Pada Pesantren Alam, murid-murid diajak untuk Tafakur, Tadabur dan Tasyakur di tengah suasana alam pegunungan. Disana mereka bisa merenungkan segala fenomena yang terjadi di alam semesta baik itu dari suatu kejadian ataupun dari suatu pengalaman inderawi.

Di sinilah mereka mendapatkan pengetahuan tentang Rabbnya dalam arti yang hakiki, merenung, berzikir bersama dan melakukan kegiatan layaknya di pesantren. Selain itu mereka juga mengikuti kegiatan outbond yang seru seperti bermain flying fox dan rafting disungai.

Aspek terakhir namun tak kalah pentingnya di Sekolah Al Azhar adalah Pendidikan Aqliyah yakni pendidikan yang mempelajari pengetahuan Islam, pengetahuan popular termasuk teknologi dan sains, serta mempelajari hubungan antara pengetahuan Islam dengan pengetahuan popular.

Sekolah Al Azhar menyadari betul kualitas sumber daya manusia tentunya sangat ditentukan oleh perkembangan jaman. Sebagai contoh pada abad 19, mengutarakan pendapat dianggap sebagai bentuk pembangkangan, namun sebaliknya pada saat ini sumber daya manusia dituntut untuk bisa mengutarakan ide dan pendapat serta harus mampu mewujudkannya menjadi sebuah karya nyata.

Untuk itu tentunya anak didik haruslah memiliki kompetensi yang bukan hanya sebatas intelejensia, tetapi juga harus memiliki kemampuan sosialisasi yang tinggi.

Tuntutan kompetensi anak didik pada era digital ini oleh Dr Tony Wagner Co Director dari Harvard 39 s Change Leadership Group dijabarkan bahwa anak didik pada abad 20 ini haruslah memiliki kompetensi : Berpikir kritis dan berorientasi pada memecahkan masalah, mampu berkerjasama dengan siapa saja dan mampu menggerakkan team, cerdas dan mampu beradaptasi, memiliki keingintahuan dan menganalisa informasi, memiliki inisiatif dan enterpreunership, mampu mengakses dan menganalisa informasi, serta memiliki rasa ingin tahu dan memiliki imajinasi.

Mengacu pada tuntutan tersebut, Sekolah Al Azhar memacu anak didik untuk mengembangkan seluruh kompetensi tersebut, agar anak didik senantiasa dapat beradaptasi dengan perkembangan jaman, membuka dan mengeksplorasi akses informasi seluas-luasnya, melakukan observasi dengan tujuan mendapatkan data sebagai sumber ide, melalui penyediaan sarana,prasarana, fasilitas-fasilitas lengkap dan program pembelajaran sebagai upaya membangun murid-murid yang mandiri, kritis, berinisiatif tinggi dan memiliki kepemimpinan Islami.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *